SINCE AUGUST 2009

Posting Terbaru

--------------------

Showing posts with label Kajian Islam. Show all posts
Showing posts with label Kajian Islam. Show all posts

2009-05-16

Tata Cara Shalat Witir 3 Rakaat




Shalat Witir adalah shalat sunat yang dikerjakan di malam hari dan jumlah raka'atnya ganjil. Jadi bisa saja shalat witir itu dikerjakan sebanyak satu raka'at, atau tiga, lima, dan seterusnya.
Shalat witir merupakan bagian dari qiyamul lail (shalat malam), karena qiyamul lail itu terdiri dari 2 macam shalat, yaitu tahajjud (yang kita kenal berjumlah 8 raka'at) dan witir (biasanya 3 raka'at).
Istilah qiyamul lail itu bila di bulan Ramadhan berganti menjadi shalat Tarawih. Maka itu shalat Tarawih juga terdiri dari 2 macam shalat sebagaimana sudah disebutkan di atas.
Yang menjadi permasalahan yang akan kita bahas adalah bagaimana cara mengerjakan witir bila 3 raka'at? Apakah dengan cara 2 kali salam (yakni 3 raka'at dipecah 2 raka'at kemudian salam dan 1 raka'at salam) atau dikerjakan cukup dgn satu kali salam?

Hadis Pertama
Aisyah radhiallahu ‘anha menerangkan tentang shalatnya Rasul di bulan Ramadhan,
“Rasul b tidak pernah shalat malam lebih dari 11 raka'at, baik di bulan Ramadhan maupun diluar Ramadhan, yaitu beliau shalat 4 raka'at, maka jangan engkau tanya tentang bagus dan lama shalatnya, kemudian beliau shalat 4 raka'at lagi, maka jangan engkau tanya tentang bagus dan lama shalatnya, kemudian beliau shalat witir 3 raka'at.” (Hr. Bukhori 2/47, Muslim 2/166)
Penjelasan:
1. Perkataan Aisyah, “beliau shalat 4 raka'at”, ini menunjukkan Nabi b melakukan 4 raka'at tersebut dengan sekali salam. Sisi pendalilannya ialah karena sesudah perkataan tersebut, Aisyah mengatakan: tsumma yang artinya kemudian.
2. Demikian juga perkataan Aisyah, “Tsumma/kemudian beliau shalat witir 3 raka'at”, ini berarti witir 3 raka'at itu dikerjakan dengan sekali salam. Jika yang dimaksud tidak demikian, sudah barang tentu Aisyah akan menerangkannya. Tentunya bagi yang mengerti bahasa, akan mudah menangkap dan memahami perkataan Aisyah di atas.
Hal ini makin jelas kalau kita perhatikan perkataan Aisyah bahwa nabi shalat 4 rakaat, itu menunjukkan bahwa nabi mengerjakannya dengan satu kali salam, tentunya witir 3 rakaat juga dengan sekali salam.

Hadis Kedua
Dari Abu Ayyub, ia berkata, telah bersabda Rasulullah, “Witir itu adalah haq, maka bagi yang mau witir dengan 5 raka'at maka kerjakanlah, dan bagi yang mau witir dengan 3 raka'at maka kerjakanlah, dan bagi yang mau witir dengan 1 raka'at maka kerjakanlah.” (Hr. Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Majah, dan Nasa’i)
Penjelasan:
1. Bahwa witir itu adalah haq, maksudnya ialah sesuatu yang tidak boleh diabaikan. Ini menunjukkan bahwa shalat witir itu sunnah muakkadah (sangat dianjurkan).
2. Boleh witir dengan 5, 3, atau 1 raka'at, yang dikerjakan dengan satu kali salam dan satu tahiyat.

Hadis Ketiga
Dari Ubay Bin Ka’ab, ia berkata:
“Sesungguhnya Nabi biasa membaca dalam shalat witir: Sabbihis marobbikal a’la (di raka'at pertama -red), kemudian di raka'at kedua: Qul yaa ayyuhal kaafiruun, dan pada raka'at ketiga: Qul huwallaahu ahad, dan beliau tidak salam kecuali di raka'at yang akhir.” (Hr. Nasa’i, Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Majah)
Penjelasan:
Perkataan Ubay Bin Ka’ab, “dan beliau tidak salam kecuali di raka'at yang akhir”, jelas ini menunjukkan bahwa tiga raka'at shalat witir yang dikerjakan nabi itu dengan satu kali salam.

Hadis Keempat
Dari Abu Hurairah, dari Nabi, beliau bersabda,
“Janganlah kamu witir dengan 3 raka’at, tetapi witirlah dengan 5 raka’at atau 7 raka’at, dan janganlah kamu menyamakannya dengan shalat Maghrib.” (Hr. Daruquthni)
Penjelasan:
1. Dari keempat hadis yang telah dibawakan di atas, dapat kita pahami bahwa nabi pernah witir dengan 3 raka'at, dan beliau juga memerintahkannya.
2. Sabda Nabi b, “Janganlah kamu witir dengan 3 raka’at”, maka maksud dari larangan ini telah dijelaskan sendiri oleh nabi pada bagian akhir hadis, yaitu: “janganlah kamu menyamakan-nya dengan shalat Maghrib”.
3. Tata cara pengerjaan witir yang 3 raka’at itu haruslah berbeda dgn tata cara shalat Maghrib.
Cara yang memungkinkan agar witir 3 raka’at itu berbeda dengan shalat Maghrib hanya bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
Pertama, Memecah witir 3 raka’at menjadi 2 kali salam (2 dan 1 raka’at);
Kedua, Tiga raka’at penuh dengan sekali salam dan tanpa tasyahud awal.
Namun demikian, tidaklah tepat membedakan witir dengan shalat Maghrib itu dengan cara memecah witir yang 3 raka'at menjadi 2 kali salam. Sebab pendapat ini tidak didukung dalil dari nabi, selain itu Hadis pertama hingga hadis keempat ini sangat tegas menunjukkan bahwa witir 3 raka'at dilakukan dengan hanya satu kali salam, dan inilah yang terbaik, sebab ini merupakan amalan Rasulullah b.
Adapun dalil yang dipakai oleh mereka yang membolehkan witir 3 rakaat dengan 2 kali salam, yaitu dengan hadis bahwa shalat malam itu dikerjakan dua rakaat dua rakaat (maksudnya setiap 2 rakaat salam, maka cara pendalilan ini tidak tepat lantaran dalilnya bersifat umum. Padahal dalil-dalil tentang shalat witir adalah sudah ada, jelas dan tegas semuanya dengan satu kali salam, yakni di rakaat terakhir, baik itu witir 1 rakaat, 3, 5, dan seterusnya. Dalam kasus ini, dalil umum harus ditinggalkan karena sudah ada dalil yang bersifat khusus.
Dengan demikian agar shalat witir itu berbeda dengan shalat Maghrib, maka witir 3 raka'at dilakukan satu kali salam dan tanpa tasyahud awal (dengan kata lain cukuplah dengan satu tasyahud di akhir raka’at saja), sebab shalat Maghrib dilakukan dengan 2 tasyahud.
Wallahu a’lam bishshowab.

[Disusun dengan rujukan: Al Masaa-il, Jilid 2, Ust. Abdul Hakim bin Amir Abdat; Bagaimana Tarawih dan I’tikaf Rasulullah b, Syaikh Albani] Baca Selengkapnya -->>:>

Islam & Iman, Apa Bedanya?





Apa definisi Iman itu dan apa perbedaannya antara Iman dan Islam ?
Islam dalam pengertiannya secara umum adalah menghamba (beribadah) kepada Allah dengan cara menjalankan ibadah-ibadah yang disyari'atkan-Nya sebagaimana yang dibawa oleh para utusan-Nya sejak para rasul itu diutus hingga hari kiamat.
Ini mencakup apa yang dibawa oleh Nuh 'Alaihis sallam berupa hidayah dan kebenaran, juga yang dibawa oleh Musa 'Alaihis sallam, yang dibawa oleh Isa 'Alaihis sallam dan juga mencakup apa yang dibawa oleh Ibrahim 'Alaihis sallam, Imamul hunafa' (pimpinan orang-orang yang lurus), sebagaimana diterangkan oleh Allah dalam berbagai ayat-Nya yang menunjukkan bahwa syari'at-syari'at terdahulu seluruhnya adalah Islam kepada Allah 'Azza wa Jalla.
Sedangkan Islam dalam pengertiannya secara khusus setelah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah ajaran yang dibawa oleh beliau. Karena ajaran beliau menasakh (menghapus) seluruh ajaran yang sebelumnya, maka orang yang mengikutinya menjadi seorang muslim dan orang yang menyelisihinya bukan muslim karena ia tidak menyerahkan diri kepada Allah, akan tetapi kepada hawa nafsunya.
Orang-orang Yahudi adalah orang-orang muslim pada zamannya Nabi Musa 'Alaihis sallam, demikian juga orang-orang Nashrani adalah orang-orang muslim pada zamannya Nabi Isa 'Alaihis sallam. Namun ketika telah diutus Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian ia mengkufurinya, maka mereka bukan jadi orang muslim lagi. Oleh karena itu tidak dibenarkan seseorang berkeyakinan bahwa agama yang dipeluk oleh orang-orang Yahudi dan Nashrani sekarang ini sebagai agama yang benar dan diterima di sisi Allah sebagaimana Dienul Islam.



Bahkan orang yang berkeyakinan seperti itu berarti telah kafir dan keluar dari dienul Islam, sebab Allah Ta'ala berfirman. "Artinya : Sesungguhnya Dien yang diterima di sisi Allah hanyalah Islam". (Ali-Imran : 19) "Artinya : Barangsiapa mencari suatu dien selain Islam, maka tidak akan diterima (dien itu) daripadanya". (Ali-Imran : 85) Islam yang dimaksudkan adalah Islam yang dianugrahkan oleh Allah kepada Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan umatnya. Allah berfirman. "Artinya : Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepada nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu". (Al-Maidah : 3)
Ini adalah nash yang amat jelas yang menunjukkan bahwa selain umat ini, setelah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, bukan pemeluk Islam. Oleh karena itu, agama yang mereka anut tidak akan diterima oleh Allah dan tidak akan memberi manfaat pada hari kiamat. Kita tidak boleh menilainya sebagai agama yang lurus. Salah besar orang yang menilai Yahudi dan Nashrani sebagai saudara, atau bahwa agama mereka pada hari ini sama pula seperti yang dianut oleh para pendahulu mereka.
Jika kita katakan bahwa Islam berarti menghamba diri kepada Allah Ta'ala dengan menjalankan syari'at-Nya, maka dalam artian ini termasuk pula pasrah atau tunduk kepada-Nya secara zhahir maupun batin. Maka ia mencakup seluruh aspek ; aqidah, amalan maupun perkataan. Namun jika kata Islam itu disandingkan dengan Iman, maka Islam berarti amal-amal perbuatan yang zhahir berupa ucapan-ucapan lisan maupun perbuatan anggota badan. Sedangkan Iman adalah amalan batiniah yang berupa aqidah dan amal-amalan hati.Perbedaan istilah ini bisa kita lihat dalam firman Allah Ta'ala. "Artinya : Orang-orang Arab Badui itu berkata : 'Kami telah beriman'. Katakanlah (kepada mereka) : 'Kamu belum beriman, tetapi katakanlah, 'kami telah tunduk, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu". (Al-Hujurat : 14)
Mengenai kisah Nabi Luth, Allah Ta'ala berfirman. "Artinya : Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth itu. Dan Kami tidak mendapati di negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang-orang yang berserah diri". (Adz-Dzariyat : 35-36)
Di sini terlihat perbedaan antara mukmin dan muslim. Rumah yang berada di negeri itu zhahirnya adalah rumah yang Islami, namun ternyata di dalamnya terdapat istri Luth yang menghianatinya dengan kekufurannya. Adapun siapa saja yang keluar dari negeri itu dan selamat, maka mereka itulah kaum beriman yang hakiki, karena keimanan telah benar-benar masuk ke dalam hati mereka.
Perbedaan istilah ini juga bisa kita lihat lebih jelas lagi dalam hadits Umar bin Khattab Radhiyallahu 'anhu, bahwa Jibril pernah bertanya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengenai Islam dan Iman. Maka beliau menjawab : "Islam adalah engkau bersaksi bahwa tiada ilah selain Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan berhaji ke Baitullah". Mengenai Iman beliau menjawab : "Engkau beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Utusan-utusan-Nya, hari AKhir, serta beriman dengan qadar yang baik dan yang buruk".
Walhasil, pengertian Islam secara mutlak adalah mencakup seluruh aspek agama termasuk Iman. Namun jika istilah Islam itu disandingkan dengan Iman, maka Islam ditafsirkan dengan amalan-amalan yang zhahir yang berupa perkataan lisan dan perbuatan anggota badan. Sedangkan Iman ditafsirkan dengan amalan-amalan batiniah berupa i'tiqad-i'tiqad dan amalan hati.

Sumber : Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Baca Selengkapnya -->>:>

Ketik REG PRIMBON kirim ke 9877…!!!





Iya, inilah kata - kata yang manis penuh dengan madu yang seringkali
diucapkan mas - mas ber"blangkon" (memakai topi khas Jawa-pen) pada
iklan - iklan yang tayang di layar televise. Bagi sebagian pemuda yang
bertampang melas, masa depan belum jelas dan tipe pemalas…mungkin REG
(spasi) PRIMBON kirim ke 9877 dan lain sebagainya iklan sejenis…
merupakan angin segar yang bisa membuat karir, jodoh dan kehidupannya
semakin membaik. Tapi…

Eits…! Tunggu dulu…! Tahukah sejatinya kita tentang hal - hal semacam
ini? Dan sudahkah kita mengetahui hakikat mereka yang sesungguhnya… ???

Sangatlah jelas bagi seorang yang mengerti tentang islam yang mulia
ini akan perkara syirik modern yang dipopulerkan via handphone ini.
Bagaimana tidak??? Setiap manusia hamba Allah, disarankan untuk minta
bantuan dan pertolongan pada mas - mas berblangkon agar jodohnya
lancer. Manusia - manusia yang setiap shalatnya mengucapkan "laa haula
wa laa quwwata illa billah" justru diminta untuk mengadukan nasibnya
pada mas- mas berblangkon…? ??


Mas - mas berblangkon yang lebih tepatnya dikatakan dukun atau tukang
ramal itu memanfaatkan kelengahan orang-orang awam (yang minta
pertolongan padanya) untuk mengeruk uang mereka sebanyak-banyaknya.
Mereka menggunakan banyak sarana untuk perbuatannya tersebut. Di
antaranya dengan membuat garis di pasir, memukul rumah siput, membaca
(garis) telapak tangan,cangkir, bola kaca, cermin, dsb.

Jika sekali waktu mereka benar, maka sembilan puluh sembilan kalinya
hanyalah dusta belaka. Tetapi tetap saja orang-orang dungu tidak
mengingat, kecuali waktu yang sekali itu saja. Maka mereka pergi
kepada para dukun dan tukang ramal untuk mengetahui nasib mereka di
masa depan, apakah akan bahagia, atau sengsara, baik dalam soal
pernikahan, perdagangan, mencari barang-barang yang hilang atau yang
semisalnya.

Lantas bagaimana hukum orang yang mendatangi tukang ramal atau dukun?
Nah jika mereka para pengirim sms mempercayai terhadap apa yang
dikatakan dan disampaikan oleh si dukun, maka bisa jadi mereka jatuh
dalam kekafiran, keluar dari agama Islam. Rasulullah
Shallallahu' alaihi wasallam bersabda :

"Barang siapa mendatangi dukun dan tukang ramal, lalu membenarkan apa
yang dikatakannya, sungguh dia telah kufur terhadap apa yang
diturunkan kepada Muhammad". (HR. Ahmad: II/ 429, dalam buku Shahih al
Jami' Hadits, no : 5939)

Adapun jika orang yang datang tersebut tidak mempercayai bahwa mereka
mengetahui hal-hal ghaib, tetapi misalnya pergi untuk sekedar ingin
tahu, coba-coba atau sejenisnya, maka ia tidak tergolong orang kafir,
tetapi shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari. Rasulullah
Shallallahu' alaihi wasallam bersabda :

"Barang siapa mendatangi tukang ramal, lalu ia menanyakan padanya
tentang sesuatu, maka tidak di terima shalatnya selama empat puluh
malam" (Shahih Muslim : IV / 1751).

Ini masih pula harus dibarengi dengan tetap mendirikan shalat (wajib)
dan bertaubat atasnya.

Bagaimana dengan kepercayaan adanya pengaruh bintang dan planet
terhadap berbagai kejadian dan kehidupan manusia…???

Dari Zaid bin Khalid Al Juhani, Ia berkata: Rasulullah
Shallallahu' alaihi wasallam shalat bersama kami, shalat subuh di
Hudaibiyah - Di mana masih ada bekas hujan yang turun di malam
harinya- setelah beranjak beliau menghadap para sahabatnya seraya
berkata:

"Apakah kalian mengetahui apa yang difirmankan oleh Robb kalian?
Mereka menjawab : " Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui". Allah
berfirman : Pagi ini di antara hambaKu ada yang beriman kepadaKu dan
ada pula yang kafir. Adapun orang yang berkata: kami diberi hujan
denagn karunia Allah dan rahmatNya maka dia beriman kepadaKu dan kafir
terhadap bintang. Adapun orang yang berkata: (hujan ini turun) karena
bintang ini dan bintang itu maka dia telah kufur kepadaKu dan beriman
kepada bintang" (HR Al Bukhari, lihat Fathul Baari : 2/ 333).

Termasuk dalam hal ini adalah mempercayai Astrologi (ramalan bintang)
seperti yang banyak kita temui di Koran dan majalah. Jika ia
mempercayai adanya pengaruh bintang dan planet-planet tersebut maka
dia telah musyrik. Jika ia membacanya sekedar untuk hiburan maka ia
telah melakukan perbuatan maksiat dan berdosa. Sebab tidak dibolehkan
mencari hiburan dengan membaca hal-hal syirik. Di samping syaitan
terkadang berhasil menggoda jiwa manusia sehingga ia percaya kepada
hal-hal syirik tersebut, maka membacanya termasuk sarana dan jalan
menuju kemusyrikan.

Termasuk syirik, mempercayai adanya manfaat pada sesuatu yang tidak
dijadikan demikian oleh Allah Tabaroka wata'ala. Seperti kepercayaan
sebagian orang terhadap jimat, mantera-mantera berbahu syirik, kalung
dari tulang, gelang logam dan sebagainya, yang penggunaannya sesuai
dengan perintah dukun, tukang sihir, atau memang merupakan kepercayaan
turun menurun.

Mereka mengalungkan barang-barang tersebut di leher, atau pada anak-
anak mereka untuk menolak `ain (pengaruh jahat yang disebabkan oleh
rasa dengki seseorang dengan pandangan matanya; kena mata). Demikian
anggapan mereka. Terkadang mereka mengikatkan barang-barang tersebut
pada badan, manggantungkannya di mobil atau rumah, atau mereka
mengenakan cincin dengan berbagai macam batu permata, disertai
kepercayaan tertentu, seperti untuk tolak bala' atau untuk
menghilangkannya.

Hal semacam ini, tak diragukan lagi sangat bertentangan dengan
(perintah) tawakkal kepada Allah. Dan tidaklah hal itu menambah kepada
manusia, selain kelemahan. Belum lagi ia termasuk berobat dengan
sesuatu yang diharamkan.

Berbagai jimat yang digantungkan, sebagian besar dari padanya termasuk
syirik jaly (yang nyata). Demikian pula dengan minta pertolongan
kepada sebagian jin atau setan, gambar-gambar yang tak bermakna,
tulisan-tulisan yang tak berarti dan sebagainya. Sebagian tukang
tenung (sulap) menulis ayat-ayat Al Qur'an dan mencampur-adukkanny a
dengan hal lain yang termasuk syirik. Bahkan sebagian mereka menulis
ayat-ayat Al Qur'an dengan barang yang najis atau dengan darah haid.
Menggantungkan atau mengikatkan segala yang disebutkan di atas adalah
haram. Ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu' alaihi wasallam :

"Barangsiapa yang menggantungkan jimat maka dia telah berbuat syirik
[HR Imam Ahmad :4/ 156 dan dalam silsilah hadits shahihah hadits No :
492].

Orang yang melakukan perbuatan tersebut, jika ia mempercayai bahwa
berbagai hal itu bisa mendatangkan manfaat atau madharat (dengan
sendirinya) selain Allah maka dia telah masuk dalam golongan pelaku
syirik besar. Dan jika ia mempercayai bahwa berbagai hal itu merupakan
sebab bagi datangnya manfaat, padahal Allah tidak menjadikannya
sebagai sebab, maka dia telah terjerumus pada perbutan syirik kecil,
dan ini masuk dalam kategori syirkul asbab.

Nah, akhir kata…semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua agar
tidak mudah - mudah untuk mengirimkan REG (spasi) PRIMBON dan
sejenisnya ke 9877. Lagian, daripada dibuat mengirimkan begituan,
mending pulsa handphone kita digunakan untuk hal - hal yang bermanfaat
saja…

Wallahu ta'ala a'lam… Baca Selengkapnya -->>:>