SINCE AUGUST 2009

Posting Terbaru

--------------------

2009-06-28

Pelatihan MC


Kali ini PAC Kayen Kidul berkunjung ke Ranting Sambirobyong, tepatnya di TPQ Al Mustaqim. Areal seluas 5 x 25 meter dengan background sangat sederhana, menjadi tempat pembekelan dan silaturahmi yang pertama kali antara Pengurus Anak Cabang dengan Pengurus Ranting se Kec. Kayen Kidul.


Setelah beberapa minggu kemarin PAC KaKi disibukkan dengan aktivitas pembentukan PR{Pengurus Ranting, red}, akhirnya semua dapat berkumpul dalam acara Pelatihan MC.

Minggu, 28 Juni 2009 dengan di motori oleh Dept. Minat dan Bakat, rencana

Pelatihan Master of Ceremony

berhasil dieksekusi dengan baik.

Peserta yang diperkirakan berjumlah 40 anggota, Alhmdllh dapat mencapai lebih dari 70 anggota. Begitu pula dengan persiapan tempat maupun peralatan, bisa dipersiapkan dengan cukup cekatan.



Berikut ini ringkasan materi Master of Ceremony.


  1. Syarat teknis MC :


    1. Menguasai acara

    2. Bahasa

    3. Suara


  2. Tugas MC :



    1. Menyusun acara

    2. Mengecek kehadiran

    3. Mengendalikan waktu


  3. etc.



Untuk materi Panduan Menjadi MC, silahkan klik di sini

Perkiraan kami, materi di atas akan terasa membuat suasana menjadi bosan dan hambar. Akan tetapi, begitu sang tutor memulai acara, suasana makin menjadi lebih akrab dan fresh.

Terimakasih kepada Bu Alfiati yang telah meluangkan segalanya demi kemajuan kami, semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat-Nya.

Baca Selengkapnya -->>:>

2009-06-24

Hati-Hati, Selip Lidah!




GARA-GARA selip lidah (slip of the tongue), dua jurukampanye nasional pasangan SBY-Boediono, Ruhut Sitompul dan Ahmad Mubarok, dipecat sebagai jurukampanye. Alasannya, Partai Demokrat khawatir keduanya mudah selip lidah yang dikhawatirkan berakibat fatal (Detikcom, 9/6).


Ruhut Sitompul sempat “selip lidah” dengan mengatakan Arab tidak pernah membantu Indonesia; hanya Amerika yang membantu Indonesia.Selip lidah yang menuai gelombang protes dan kecaman. Sebelumnya, Ahmad Mubarok, selip lidah dengan memprediksi perolehan suara Partai Golkar yang hanya 2,5 persen dalam Pileg 2009. Selip lidah yang membuat gusar elite Golkar, termasuk Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla.

Akibat “selip lidah” pula, Ketua Umum DPP PKS Tifatul Sembiring menuai badai protes dari kalangan kader PKS dan kaum Muslimin pada umumnya, termasuk ulama (MUI). Ia “selip lidah” ketika mengatakan jilbab sebagai “selembar kain di atas kepala wanita”
.

Pernyataan tersebut dimuat dalam Majalah Tempo edisi 1-7 Juni 2009 Hlm. 29. “Apa kalau istrinya berjilbab lalu masalah ekonomi selesai? Apa pendidikan, kesehatan, jadi lebih baik?” katanya. “Soal selembar kain saja kok dirisaukan,” seperti dikutip dari Majalah Tempo (www.berita8.com).

Tifatul sendiri tidak membantah materi wawancaranya yang dimuat Tempo. Namun, ia menegaskan, hasil wawancaranya “banyak dipotong sehingga menghilangkan esensi wawancara”.

Mungkin, suhu politik yang amat panas jelang Pilpres ini, membuat elite politik juga “gerah”, selain capeknya bukan main. Kondisi tubuh pun jadi agak tidak stabil, pikiran jadi kurang jernih, dan terjadilah selip lidah itu.

Selip lidah bisa membawa petaka. Pepatah mengatakan, “a slip of the foot you may soon recover, a slip of the tongue you never will“. Selip kaki bisa segera disembuhkan, namun selip lidah takkan bisa disembuhkan. “God gave us two ears and one mouth so that we may listen twice as much as we speak.” Tuhan memberi kita dua teliga dan satu mulut agar kita mendengarkan dua kali dan bicara satu kali.

Dalam bahasa Sunda ada pepatah, “Hade ku omong goreng ku omong”. Baik-buruk seseorang tercermin dari –bahkan ditentukan oleh– ucapannya. Maka, wahai elite politik yang memang tugasnya berbicara, menyuarakan aspirasi rakyat/umat, sekaligus menarik simpati rakyat, please be careful with my heart… eh your tounge…! (Kalo… “Please be careful with my heart”… mah lagu jadul, lagunya Jose Mari Chan: If you love me like you tell me/ Please be careful with my heart/ You can take it just don’t break it/ Or my world will fall apart…). Ah… suka ngaco. Lanjut! Eh, lebih cepat lebih baik!

Dalam perspektif komunikasi, selip lidah merupakan salah satu jenis penyimpangan atau kesalahan berbahasa lisan. Penulis buku Language Learners and Theirs Errors (London: The Macmillan Press, 1983), John Norissh, mengistilahkannya sebagai lapse. Dikatakan, lapse atau selip lidah itu merupakan bentuk penyimpangan yang diakibatkan kurang konsentrasi, rendahnya daya ingat, atau sebab-sebab lain yang dapat terjadi kapan saja dan pada siapa pun.

Bisa jadi, panasnya suhu politik, perang kata-kata, negative campaign bahkan black campaign bermunculan, membuat banyak elite jadi kurang konsentrasi dan rendah daya ingat sehingga selip lidah. Celakanya, selip lidah itu pun menjadi bahan kampanye negatif pihak lawan. Nah lho!

“Controlling your toungue is the most serious investment”. Kendali lidah adalah investasi paling serius. Demikian kata pakar komunikasi. Terlebih bagi para politisi. Isi dan cara berbicara mereka dinilai oleh publik, kader, pemilih, rakyat, dan kawan-lawan politik. Kata yang terucap, statemen yang terlontar, apa pun itu, menjadi investasi politik dan disimpan dalam nurani publik. “Hade ku omong goreng ku omong”. (Kalo Hade = Heryawan Dede Yusuf, udah jadi ‘penguasa’ Jabar!).

Belajar ilmu komunikasi, termasuk komunikasi politik dan ilmu politik itu sendiri (utamanya politik Islam), tampaknya menjadi keniscayaan, biar jadi politisi yang “profesional”. Al-‘ilmu imamul amal, bukan?

Memang, lidah tidak bertulang… namun jika yang tak bertulang itu selip, keseleo, ‘gak ada tukang pijatnya…! A slip of the foot you may soon recover, a slip of the tongue you never will. Mudah-mudahan saya tidak selip lidah nih dengan menulis soal “slip of tounge” ini…Amin! Wallahu a’lam.


Suber :

http://www.romeltea.com/?p=456

Baca Selengkapnya -->>:>

Teknik MC: Memulai Acara on Time


ALKISAH, Penulis diundang menjadi moderator sebuah “bedah media” di Kota Bandung. Jadwal 10.30 WIB. Saya datang jam 09.30, sejam sebelumnya, karena ingin mengikuti acara sebelumnya biar “in touch” dengan suasana acara. Ternyata, acara belum dimulai. Kata panitia, “Nunggu pejabat yang akan membuka acara secara resmi!”. So, dari jam delapanan hadirin menunggu, duduk, sambil menikmati sajian snack. Penulis langsung bereaksi.

Penulis usul, MC segera naik panggung. Acara harus dimulai! Kasihan hadirin yang lama nunggu, bengong gak puguh. “MC tampil, ajak ngobrol hadirin. Satu-dua hadirin mungkin bisa diminta naik panggung, cerita soal motivasi kehadirannya, sekalian sesama hadirin berkenalan,” ujarku kepada panitia. “Atau ada grup musik ‘kan? Tampilin tuh…” saran Penulis.

Selang beberapa hari, Penulis dalam sebuah acara bedah buku. Kali ini, sebagai “pembedah utama”. Kasusnya sama. Jadwal jam 4 pm. Penulis datang 15 menit sebelum acara dimulai. Hmh…! Acara dimulai sejam kemudian, jam lima! Lagi-lagi, MC tidak memainkan perannya!
Anda juga mungkin sering mengalami hal seperti di atas: datang ke sebuah acara, duduk, dan lama menunggu acara dimulai. Jadwal dalam undangan menyebutkan, acara dimulai pukul 09.00 WIB. Namun, jarum jam sudah menunjukkan 09.30 WIB, acara belum juga dimulai. Yang Anda saksikan adalah hilir-mudik anggota panitia, entah mengurusi apa –sebagian di antaranya ngobrol.

Anda juga lihat hadirin asyik mengobrol dengan orang yang berdekatan tempat duduknya. Sebagian lagi membaca koran, ada juga yang tampak kesal menunggu, dan sebagainya. Anda juga mungkin merasa kesal bukan?

Lazimnya kita mengatakan, “Ah sudah biasa… kita mah suka ngaret!”. Sungguh memprihatinkan, ngaret (terlambat) dianggap biasa, dimaklumi lagi! Mestinya, hal itu tidak terjadi. Acara harus dimulai tepat waktu (on time). Siapa yang bertanggungjawab dan harus memulai acara? Dialah Master of Ceremony (MC). Mengapa harus dia? Karena dialah pemimpin, pengendali, dan pemandu acara sekaligus sebagai host, “tuan rumah”! Sebagai tuan rumah, harus menghormati dan menyambut para tamu, bukan?

Lagi pula, salah satu peran atau tugas utama MC adalah menjaga agar acara berjalan tepat waktu, on time. Hadirin pun akan mengaprsiasi acara yang berjalan tepat waktu. “Your objective is to keep the event running on time! Attendees appreciate an event that runs on time!” kata Paul Dickson (1991).

Acara tidak bisa dimulai tepat waktu mungkin karena pembicara belum atau terlambat datang. Namun, MC profesional mesti bisa mengatasinya. Ia buka saja acara tersebut tepat waktu dan mengumumkan bahwa pembicara belum datang, sembari berterima kasih kepada hadirin yang sudah datang tepat waktu.

Ia umumkan susunan acara, lalu berimprovisasi mengisi kekosongan waktu, misalnya dengan menyampaikan sedikit tentang latar belakang diadakannya acara tersebut, atau berbasa-basi dan berkenalan dengan satu-dua peserta yang hadir. Bisa pula MC mempersilakan satu-dua orang hadirin menyampaikan motivasi dan harapannya hadir dalam acara tersebut. Anything! Asalkan positif dan relevan dengan acara. MC memang harus kreatif.

Bisa jadi pula, acara belum dimulai bukan karena pembicara belum datang, namun karena hadirin belum banyak yang mengisi tempat duduk. Masih sedikit! Lazimnya panitia mengatakan, “Tunggu dulu yang lain, baru kita mulai!”.

Ah, menyedihkan sekali. Kita justru lebih menghargai yang datang terlambat ketimbang yang hadir tepat waktu! Kebiasaan buruk itu harus dihentikan! Mestinya kita lebih menghargai yang datang lebih dulu, tepat waktu, ketimbang yang telat! Maka, berapa pun yang hadir, mulai saja acara! MC berperan utama dalam hal ini.




Sumber :

http://www.romeltea.com/?p=48

Baca Selengkapnya -->>:>

Teknik MC: Mengenalkan Pembicara


SAYA sering menjadi pembicara, sebut saja “public speaker”, di berbagai forum pelatihan, dialog, atau diskusi. Saya sangat sering dibuat “jengkel” oleh pembawa acara, MC, host, ataupun moderator yang tampak “malas” menyampaikan CV yang sudah saya siapkan, saat ia mengenalkan saya kepada hadirin sebelum saya tampil “on speech”. “Kang Romel aja deh yang mengenalkan diri, biar lengkap…” cenah na kituh, kumaha eta teh?

Banyak MC kurang memperhatikan pentingnya mengenalkan pembicara (introducing a speaker) secara baik. Pa Dahlan, eh… padahal, … serius amat seeh… nyantai aja deh… ok, saya ulang, padahal mengenalkan pembicara merupakan salah satu sesi penting bagi seorang MC, sebelum sang pembicara tampil.

Pengenalan pembicara merupakan bagian dari tugas sekaligus fungsi MC/moderator, yaitu utamanya sebagai “jembatan” yang “menyambungkan batin” pembicara dengan hadirin. Tujuan pengenalan ini agar hadirin merasa lebih familiar dengan pembicara, sekaligus meraya yakin dengan kompetensi, kapabilitas, atau kapasitas pembicara.

Tujuan akhir: penampilan pembicara “dinikmati” hadirin dan acara berlangsung sukses.
Bahasan lengkap tentang introducing a speaker ini sudah ada di buku saya, Lincah Menulis Pandai Bicara (Penerbit: Nuansa Bandung, 2003). Di sini saya sekadar me-refresh atau nambahin, ngutip alias nyadur dari Toastmaster International.

Short But Sweet : Singkat tapi manis
Pengenalan pembicara adalah “pembicaraan pendek”, small speech. Biasanya kurang dari satu menit. Walaupun singkat, pengenalan itu harus memberikan gambaran materi atau hal-hal yang akan disampaikan pembicara.
An opening. Saat mulai, misalnya setelah mengatakan, “baiklah hadirin, kini saatnya kita mendengarkan paparan pembicara berikutnya…”, pengenalan harus mempu menarik perhatian hadirin dan membuat mereka menyadari pentingnya “subjek” yang akan datang.


A body. Setelah itu, jelaskan tema pembicaraan, jelaskan mengapa tema itu disampaikan oleh pembicara, mengapa sang pembicara “qualified” atau kompeten untuk memaparkannya, mengapa tema ini sesuai dengan acara.
A conclusion. Akhiri dengan mempersilakan pembicara tampil, memulai presentasinya.

Jadi, sebagai “introducer”, apa yang harus Anda katakan? Mengenalkan pembicara harus anggun, cerdas, dan menyenangkan… Buat “PD” sang pembicara bahwa dirinya merupakan pembicara spesial, brilian, orang sukses dan berpengalaman, dan “good speaker.”

Ungkapkan keahlian, keilmuan, dan pengalaman sang pembicara yang terkait dengan tema yang ia bawakan.

Ho ho… susah? ‘Gak lah… jangan lupa: baca CV pembicara dan kenali dengan baik profil bahkan biografinya, pahami juga tema pembicaraan –pelajari dari TOR yang disiapkan panitia atau makalah yang sudah diberikan kepada panitia.

So, MC ternyata bukan cuma modal “wajah” dan “lancar ngoceh” ya, harus smart dan “intelligent” juga. La iya lah….. Masak … ah basi! Wasalam.


Sumber :
http://www.romeltea.com/?p=246
Baca Selengkapnya -->>:>

Teknik MC, Master of Ceremony



MC kependekan dari Master of Ceremony. Artinya “penguasa acara”, pemandu acara, pengendali acara, pembawa acara, pengatur acara, atau pemimpin upacara. MC bertindak selaku “tuan rumah” (host) suatu acara atau kegiatan/pertunjukan. Ia nerperan mengumumkan susunan acara dan memperkenalkan orang yang akan tampil mengisi acara. Ia pula yang bertanggung jawab memastikan acara berlangsung lancar dan tepat waktu, serta meriah atau khidmat dari awal hingga akhir. 

Jangan samakan MC dengan protokoler/protokol. Kedunya berbeda. MC itu bagian dari aktivitas protokoler. MC adalah pembawa acara yang bertugas untuk mengendalikan jalannya acara. Sedangkan protokol adalah tata acara, khususnya acara resmi, seperti acara kenegaraan atau melibatkan pejabat negara; pengaturan keseluruhan kegiatan dari awal hingga akhir. Bahkan, protokoler ada UU-nya, yakni UU No. 8 Tahun 1989. Disebutkan, protokol adalah serangkaian aturan dalam acara kenegaraan atau acara resmi. Aturan itu meliputi: (a) Tata Tempat –tata urutan tempat bagi pejabat negara, pejabat pemerintah, dan tokoh masyarakat dalam acara kenegaraan atau acara resmi; (b) Tata Upacara – seperti tata bendera, lagu kebangsaan, pakaian upacara, dan sebagainya; dan (c) Tata Penghormatan –penghormatan kepada seseorang, kepada bendera kebangsaan, lagu kebangsaan, dan sebagainya.

Sering muncul pertanyaan, apa syarat jadi MC? Atau… bagaimana sih caranya jadi MC? Secara umum, seorang MC idealnya memiliki performance (penampilan) yan good looking, orangnya enak dipandang dan suaranya enak didengar.

MC harus bersikap sebagai penghubung yang mampu menjembatani antara keinginan hadirin dan kepentingan penyelenggara/panitia. Karenanya ia harus: sopan, ramah, antusias, dan hangat; percaya diri, tidak pemalu, tidak juga terburu-buru.

MC harus mampu memotivasi hadirin agar tetap bersemangat. Ajakan tepukan tangan (applaus), bahkan teriakan dan pekikan, bisa membantu memeriahkan dan mengundang spirit acara.

MC yang baik memiliki suara yang enak didengar, alamiah (tidak dibuat-buat), atau wajar; memiliki vokal yang jelas dan powerful; memperhatikan intonasi, aksentuasi, dan artikulasi; juga memiliki “Microphone Voice”, yakni suara yang enak didengar setelah melalui alat pengeras suara.

Tentu saja, seorang MC harus lancar berbicara. Prinsip berbicara bagi seorang MC dirumuskan dalam “B-C-A-E Formula”, yakni: Brief – Ringkas, langsung ke inti (straight to the pooint), tidak bertele-tele; Clear – Jelas, langsung dimengerti, tidak membingungkan, pengucapan kata demi kata dilakukan dengan jelas; Audibel – Dapat didengar dengan baik, powerful; dan Ease – Lancar, mengalir.

Kelancaran berbicara salah satu faktor pendukungnya adalah berwawasan luas. Khususnya berkaitan dengan tema acara, sehingga bisa memberikan pengantar yang memikat dan menimbulkan interest. 

Jangan lupa, MC adalah “penghibur” juga. Karenanya ia harus humoris. Dengan demikian, ia akan mampu menyegarkan suasana dengan joke-joke yang menghibur hadirin.

Tugas dan peran MC sangat vital dan berat. Ia harus memastikan acara berjalan lancar, tepat waktu. Mengumumkan acara atau susunan acara yang akan berjalan. Harus paham benar keseluruhan acara yang akan berlangsung. Menarik perhatian hadirin untuk mengikuti jalannya acara dari awal hingga akhir. Menyusun acara dengan baik dan berkoordinasi dengan panitia. Mengecek pengeras suara (mike) atau sound-system agar berfungsi dengan baik. Mengecek kesiapan acara dan kehadiran orang-orang penting yang akan tampil dan hadir. Berkonsentrasi menyimak detil jalannya acara. Mengendalikan waktu agar acara berjalan sesuai dengan alokasi waktu yang ditetapkan, de el el…

MC-lah yang ‘mengenalkan pembicara’ (introducing of the speaker) atau pengisi acara sebelum mereka tampil di podium dan pengantar materi yang akan disampaikannya.

MC adalah orang pertama, dan satu-satunya orang, yang berhak membuka acara atau berbicara secara “resmi” kepada hadirin. Jangan lupa, karena MC adalah orang pertama yang berbicara dalam suatu acara, maka MC harus memperkenalkan diri sendiri kepada hadirin. “Introduce yourself, even if you think everyone should know who you are,” kata toastmaster.org dalam “Being A Master of Ceremony”. 

Masih banyak item bahasan tentang MC. Takut kepanjangan, saya sudahi sampai di sini. Lengkapnya, ada di buku ané deh… Nanti kagak laku tuh buku ané kalo dibahas tuntas di sini.. he he. Ěh… di buku Kiat Memandu Acara: Panduan Praktis Menjadi MC dan Moderator, lengkap dengan contohnya lho! Yup, buener buangggetttsss….. ané promosi nééh tu buku….


Sumber :

http://romeltea.wordpress.com/2008/09/06/teknik-mc-master-of-ceremony/

Baca Selengkapnya -->>:>

TIPS BAGAIMANA MENJADI PUBLIC SPEAKER (MC)





Menjadi seorang Pembawa Acara/Master Of Ceremony/ Public Speaker, tidak cukup hanya dengan modal suara bagus. Namun ada banyak penunjang yang perlu juga diperhatikan serius. Di bawah ini saya coba akan memberikan Tips yang barangkali bisa membantu anda untuk belajar menjadi seorang Pembawa Acara.


Untuk menjadi seorang Pembawa Acara, selain modal suara yang enak didengar, harus juga memiliki kepribadian & intelektual. Artinya Pembawa Acara harus memiliki pengetahuan luas, kaya akan perbendaharaan kata (meminjam istilah yang trend dikalangan orang radio disebut Penyiar Radio adalah Seniman kata-kata). Seorang pembawa acarapun seorang seniman kata-kata, memiliki kemampuan bahasa yang memadai, kepribadian yang excellent, artinya dia harus luwes, percaya diri, berjiwa besar, memiliki sense of humor, disiplin, memiliki sikap yang benar, memahami etika, berpenampilan bersih, wajar, sopan dan menarik.
Seorang Pembawa Acara akan menjadi pusat perhatian seperti layaknya artis yang tampil di panggung. Untuk itu tampil menarik & enak dilihat adalah suatu keharusan.

Persiapan yang bisa dilakukan saat menjadi Pembawa Acara adalah :

1. Rileks…Pastikan kondisi tubuh & suara fit, segar dan normal
Atasi rasa gugup dengan menarik nafas panjang dan dalam, menggerakkan badan sedikit untuk sekedar melemaskan otot yang kaku, berdiri tegap lalu tersenyumlah
2. Know The Room (Kenalilah ruangan tempat anda akan menjadi Pembawa Acara)
3. Know The Audience (Kenali karakteristik tamu dan pandang mereka sebagai sahabat)
4. Know The Material (Kuasai bahan/ acara yang akan dibawakan)
5. Baca literature yang diperlukan untuk menunjang pengetahuan anda, karena semakin banyak yang anda ketahui tentang acara yang anda bawakan, pasti semakin Percaya Diri
6. Susun pointer untuk membantu mengingat apa yang akan diucapkan
7. Jangan terlalu sering mengucapkan kata (meminta) maaf pada audience
8. Jangan tinggalkan daftar acara atau rundown acara (meskipun sudah ada stage manager)
9. Pakaialah pakaian yang serasi/cocok dengan acara, jangan sampai saltum atau salah kostum. (Buatlah sedikit saja berbeda dengan tambahan assesories atau pernak-pernik jika harus memakai seragam yang sama dengan tamu atau panitia. Ingat Pembawa Acara adalah pusat perhatian)
10. Pakailah Make Up (meskipun anda laki-laki pakailah sedikit riasan wajah agar wajah tidak mengkilap atau berwarna gelap)
11. Lakukan gerakan tangan seperlunya saat sudah berada di atas pentas. Jangan sampai berlebihan apalagi untuk menutupi kegugupan. Karena gerakan tubuh yang berlebihan hanya akan mengacaukan penampilan anda
12. Jaga mulut & tenggorokan selalu basah, untuk itu siapkan air putih yang siap diminum jika dibutuhkan
13. Jangan makan & minum yang akan mengganggu organ tubuh anda, minimal satu jam sebelum tampil misalnya soda, makanan berlemak (yang bisa membuat mual), makanan pedas atau asam
14. Tampillah Percaya Diri dan BeYourself

Teknik Vocal :

1. Intonasi (intonation) : Pakailan intonasi atau nada suara, irama bicara atau alunan nada dalam melafalkan kalimat
2. Aksentuasi (accentuation) atau logat. Lakukan stressing pada kalimat tertentu yang dianggap penting, Hindari logat kedaerahan yang medhok apabila menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa asing.
3. Kecepatan (speed) bicara. Jangan bicara terlalu cepat atau terlalu lambat
4. Artikulasi (articulation) Yaitu kejelasan pengucapan kalimat, pelafalan kata
5. Infleksi. Lagu kalimat, perubahan nada suara, hindari pengucapan yang sama bagian setiap kata (redundancy). Inflesi naik menunjukkan adanya lanjutan kalimat atau menurun untuk menunjukkan akhir kalimat

Teknik Performa & Gesture

1. Lakukan Eye Contact : Pandangi audience ke seluruh ruangan, padang tepat ke mata mereka, (bila memungkinkan dekati bila ada yang tidak interest dengan anda)
2. Lakukan gerakan tangan/isyarat/sikap yang alami, spontan (tidak dibuat-buat), tidak sepotong-sepotong, tidak ragu, serasi dengan kalimat yang diucapkan, gunakan penekanan pada point penting, tapi jangan berlebihan. But The Most important Gesture : TO SMILE
3. Gerakan Tubuh ini meliputi ekspresi wajah, gerakan tangan, kaki, lengan, bahu, mulut atau bibir, gerakan hidung, kepala, badan
4. Jangan melakukan gerakan yang monoton misalnya meremas-remas jari, menepuk tangan, dll
5. Jangan lakukan gerakan yang tidak bermakna aatau tidak mendukung pembicaraan, misalnya memegang kerah baju, mengelus atau menyibak rambut, memainkan microphone, garuk-garuk kepala, dll
6. Makin besar jumlah audience, makin besar & lambat gerakan tubuh yang bisa kita lakukan, tapi kalau audience jumlahnya kecil lakukan gerakan tubuh ala kadarnya saja.
7. Ucapkan setiap kalimat dengan senyum sehingga suara yang dihasilkan adalah Smilling Voice
8. Jangan sekali-kali anda membuat joke tapi anda sendiri tertawa terpingkal-pingkal
9. Jika melempar Joke lakukan sedikit pause untuk memberi kesempatan audience tertawa.
10. Jika dalam opening anda mengucapkan salam, beri jeda beberapa detik untuk memberi kesempatan audience menjawab

Saran :
1. Sebaiknya seorang Pembawa Acara / MC memiliki kemampuan menyusun acara yang sesuai dengan aturan protokoler, sehingga MC bisa memberi masukan pada penyelenggara acara, dan tidak sekedar menuruti keinginan penyelenggara yang belum tentu tepat.
2. Pembawa Acara / MC harus bisa berfikir dan bertindak cepat serta punya planning-planning cadangan, jika terjadi trouble yang tidak dikehendaki saat acara berlangsung. Sehingga acara tidak tampak kacau atau audience merasa bosan.


Begitulah sedikit Tips dari saya, berdasarkan literature (beberapa bagian diambil dari Semai Broadcast& Ninda Kariza), pengalaman serta pengamatan bagaimana menjadi seorang Public Speaker.

Semoga berguna bagi Anda

Sumber :

http://lusypascha.multiply.com/journal/item/5

Baca Selengkapnya -->>:>

2009-06-21

Turba PAC KaKi


Serunya aktivitas PAC IPNU-IPPNU Kayen Kidul, sangat terasa akhir" ini. Lepas dari kegiatan turba PC Kab. Kediri yang terlaksanakan di Desa Semambung, menyusul kegiatan Khotmul Qur'an serta yang sedang berjalan sampai saat ini yaitu Turba PAC KaKi, belum lagi rencana pelatihan MC...

Yap, kali ini kita sedikit mengulas mengenai Turba PAC KaKi.

Rekan tahu..? sejak kepengurusan kami mulai aktif { di tingkat Kecamatan pastinya... }, tidak satupun dari 12 ranting yang aktif.

Tidak tahu kenapa..?

Namun demikian, justru hal inilah yang lebih memacu semangat kami untuk bekerja sedikit payah dalam melepaskan kepengurusan tingkat ranting dari kevakumannya.

Dimulai dari pembentukan tim( d rmh Rekan Ahludiyan, Semambung ), dan dilanjutkan dengan beberapa kali pemantapan.

Its time 2 show..!


Saatnya kami beraksi..!

Pendekatan pada Ranting NU dan Muslimat ( mts swn Bu'/Pak.. )
Pendataan calon anggota
Turba PAC/Sidang Umum Ranting
And the last job, pelantikan.



Dan hingga artikel ini diposting, kami baru sampai pada tahap Sidang Umum Ranting{ SUR }. Dimulai dari SUR Nanggunan, dan malam tadi SUR Semambung.

Namun sayang, hingga mendekati batas waktu Turba/SUR, beberapa tim belum juga beranjak dari teknis" turbanya (mksdya cuman rencn tok, tp ndak jg terealisasi...).

Sampai disini dulu "Kabar Kami". Terakhir, Selamat berjuang bagi Ranting" yang telah terbentuk kepengurusannya.


Baca Selengkapnya -->>:>

2009-06-01

Rapim PC IPNU-IPPNU



Beberapa hari menjelang satu agenda besar yakni Turba( Turun Bawah,red ) ke seluruh PAC Kab. Kediri, Pengurus Cabang( PC ) IPNU-IPPNU Kab. Kediri Jum'at 29 Mei09 mengadakan Rapat Pimpinan ( Rapim ) rutinan dengan jajaran PAC di bawah teritorialnya.




Beberapa pokok pembahasan dalam acara tersebut antara lain :


1. Pemaparan program kerja Departemen, yang dipimpin Koordinator Departemen


2. Pencarian materi untuk dibawa pada Konggres IPNU-IPPNU di Brebes, Jawa Tengah.




Yap, tambahan info yang lain, okelah buat perbandingan bagi PAC KaKi( Kayen Kidul,red ).
Bagusnya PAC ngadain rapim gituan dengan Pengurus Rantingnya, biar entu hubungan makin harmonis.
Za tho..!




Kembali ke...List top.




Di bawah ini rincian dari point 1, sosialisasi program Dept. :


a. Diba' Al Barzanji tiap malam sabtu, Dept. D'wh

b. Baksos tiap bulan, Dept. D'wh

c. Turba, Dept. Orgn's

d. Pelatihan Internet, Dept. MiBa'




Wah, ni dia yang lagi hot" y, "Turba".
Pa lg PAC KaKi jg mo ngadain acara yang sama Insyllh dimulai Senin tgl 08 Jun 09, meski lbh lyak d sebut "Rapat Umum Ranting". Pa an 2h..?




Beranjak ke point 2, penjaringan materi Konggres :


a. Proses dan tata cara pembentukan Pengurus Anak Ranting, disetujui

b. Pemilihan Pengurus IPNU-IPPNU di jadikan satu, maksudanya dalam pemilihan pengurus IPPNU, peserta putra juga bisa ikut serta, Asyik dunk... Gagal.

C. Dan lain-lain, weleh lali aQ, pa ya yg pembahasn lainnya.


Syiplah, sampai di sini dulu "Kabar Kita".
Nantikan posting berikutnya..!!
Klik di sini untuk posting Turba PAC KaKi.
Baca Selengkapnya -->>:>